6 Pendekatan Pendidikan dalam Islam
Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai “proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.[1]
Makna pendidikan dapat
dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti
khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Sementara pendidikan dalam arti luas merupakan usaha
manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.[2]
Ahmad D. Marimba
mendefenisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.[3]
Sedangkan menurut Syed
Muhammad Naqib Al-‘Attas, dalam bukunya yang berjudul, “Islam dan Sekularisme”
menyebutkan bahwa pendidikan adalah menyerapkan dan menanamkan adab pada
manusia ia adalah ta’dÈ‹b. Lebih lanjut, Al-‘Attas menuliskan
dalam buku tersebut:.....Saya menggunakan konsep (ma’nâ) adab di
sini dalam pengertiannya yang paling awal dari istilah itu, sebelum munculnya
inovasi yang dibuat oleh para jenius kesusastraan. Pengertian adab pada
asalnya adalah undangan kepada suatu jamuan.
Konsep jamuan ini membawa
makna bahwa tuan rumah adalah seorang yang mulia dan terhormat, dan ramai orang
yang hadir; para hadirin adalah mereka yang dalam penilaian tuan rumah patut
mendapat penghormatan atas undangan itu. Oleh karena itu mereka adalah orang
budiman dan terhormat yang diharapkan berperilaku sesuai dengan kedudukan
mereka, dalam percakapan, tingkah laku, dan etiket. Dalam pengertian yang sama
bahwa kenikmatan makanan yang lezat dalam suatu jamuan itu makin bertambah
dengan kehadiran orang-orang yang terhormat serta ramah, dan bahwa hidangan
tersebut disantap dengan tata cara, perilaku, dan etiket yang penuh dengan
kesopanan. Demikian pula halnya ilmu harus disanjung dan dinikmati serta
didekati dengan cara yang sama sesuai dengan ketinggian yang dimilikinya. Dan
inilah sebabnya kita mengatakan bahwa analogi ilmu adalah hidangan dan
kehidupan bagi jiwa itu.
Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad
membagi pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu :[4]
a.
Pendekatan tilawah (pengajaran)
Pendekatan
tilawah ini meliputi membaca ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena
alam sebagai ayat-Nya,mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah memiliki
keteraturan yang bersumber dari Rabb al-‘alamiin, serta memandang bahwa
segala yang ada tidak di ciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah
mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir),
sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli,
kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah
lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainnya.
b.
Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dari upaya
amar ma’ruf dan nahi mungkar. Pendekatan ini bertujuan untuk memlihara
kebersihan diri dari lingkungannya, memelihara dan mengembalikan akhlak yang
baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara
kesucian lingkungannya.
c.
Pendekatan ta’lim al-kitab
Mengajarkan Al-Kitab dengan menjelaskan hukum halal
dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami dan merenungkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya
memahami fakta, tetapi juga makna di balik fakta, sehingga dapat menafsirkan
informasi secara kreatif dan produktif. Indikatornya pembelajaran membaca
Al-Qur’an, diskusi tentang Al-Qur’an di bawah bimbingan para ahli, memonitor
pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literature islam dan lomba
kreatifitas islam.
d.
Pendekatan ta’lim al-hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim
al-kitab, haya saja bobot dan proporsinya serta frekuensinya di perluas dan di
perbesar. Insikator pendekatan ini adalah mengadakan perenungan (reflective
thingking), reinovasi dan interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al kitab.
Aplikasi pendekatan ta’lim al-hikamah ini dapat berupa studi banding antar
lembaga pendidikan, antar lembaga pengkajian, antar lembaga penelitian dan
sebagainya sehingga terbentuk suatu konsensus umum yang dapat di pedomani oleh
masyarakat islam secara universal dan sebagai pembenahan atas tidak relevannya
pendekatan ta’lim al-kitab.
e.
Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang
memangbenar-benar asing dan belum di ketahui, sehingga pendekatan ini membawa
peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan
ini hanya mungkin dapat di nikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti adanya
malaikat, sedangkan manusia hanya bias menikmati sabagiankecil saja. Indicator
pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapt membawa manusia pada
penjelajhan luar angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengemabangkan produk
teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehdupan manusia sehari-hari.
f.
Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan
belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitan orang
lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki
komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menembatani perbedaan
paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara
ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu’afa, kampanye
amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek social, serta mengembangkan
badan amil zakat infak dan sedekah (BAZIS).
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.