Bukti Umat Islam Memiliki Karakteristik dalam Aktivitas Membaca
www.azid45.web.id - Bukti Umat Islam Memiliki Karakteristik dalam Aktivitas Membaca. Islam memang lahir di tengah-tengah umat yang dikenal dengan ummat ummiyyah(ummat buta huruf). Bahkan Nabi Muhammad SAW yang merupakan penyampai risalah Islam juga dengan tegas disebut oleh Al Qur’an sebagai Nabi yang Ummi. Maka ketika malaikat Jibril pertama kali datang menemui Muhammad untuk meminta beliau membaca, beliau menjawab, “Aku tak bisa membaca”.
Di tengah ummat yang tak pandai membaca, kepada seorang laki-laki yang juga tak pandai membaca, wahyu yang pertama kali turun justru adalah perintah untuk membaca. Dan kemudian sejarah melihat secara berangsur-angsur, ayat per ayat, surat per surat, wahyu itu dengan tuntas turun semuanya ke bumi. Dan himpunan semua wahyu yang turun ke bumi itu kemudian dikenal oleh kawan maupun lawan sebagai Al Qur’an. Secara harfiah, nama kitab suci tersebut bisa kita maknai sebagai ‘bacaan’.[1]
Penyebaran luas ‘bacaan’ tersebut dan juga ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya tidak lain adalah merupakan jasa tak terlupa dari perjuangan cerdas para ulama dan juga pengorbanan ikhlas para syuhada. Sebab, sebagaimana dikatakan oleh seorang pecinta dan pejuang Islam.
Keindahan peradaban Islam yang kita saksikan sepanjang belasan abad, adalah lukisan agung perpaduan dua warna; hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada.
Salah satu hal yang seharusnya menjadi karakteristik umat Islam adalah aktivitas membaca. Bagaimana tidak, Al Qur’an yang secara harfiah tadi kita maknai sebagai ‘bacaan’ adalah sebuah kitab suci yang diawali dengan wahyu pertama berupa perintah membaca. Iqra’. Hal inilah yang disadari betul oleh para ulama kita dahulu. Sehingga Islam yang tampak saat itu, adalah Islam sebagai Ummat Qariah (umat pembaca). Aktivitas membaca yang mendarah daging itu akhirnya melahirkan aktivitas baru; menulis. Maka sudah sejak dini sekali Al Qur’an dan juga hadits, selain selalu dibaca, dihafalkan namun juga ditulis dalam bebatuan, pelepah kurma.[2]
Tradisi menulis yang dimasa-masa awal Islam belum terlalu kental, tiba-tiba berubah menjadi tradisi yang begitu melekat. Sehingga sejak masa pasca tabi’in, mulailah tumbuh benih-benih tulisan yang kemudian semakin membesar, berkembang dan akhirnya membentuk sebuah peradaban. Diantara semua jenis tulisan, barangkali karya-karya fiqih merupakan warna yang paling dominan. Karena itulah tidak mengherankan jika salah seorang pemikir muslim pernah mengatakan, “Andaikan saja peradaban Islam bisa diungkapkan dengan salah satu produknya, maka kita akan menamakannya sebagai “Peradaban Fiqih” sebagaimana Yunani diidentikkan dengan “Peradaban Filsafat”.
Dan karena begitu besarnya bangunan fiqih tersebut, sampai-sampai kita seakan tidak akan mampu untuk mengenal semuanya. Apalagi mau membaca semuanya. Itu belum lagi ditambah dengan banyaknya karya-karya fiqih yang hilang karena peristiwa penyerangan kaum Tatar ke wilayah Baghdad dulu.[3]
[1] Ibid, hlm 58.
[2] Muhammad Fauzil Adhim, Positive Parenting: Cara-Cara Islami Mengembangkan Karakter Positif Pada Anak Anda (Bandung: Mizana, 2006), hlm 272.
[3] Ibn Maskawaih Tahzib Al-Akhlaq, Menuju Kesempurnaan..., hlm 56.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.