Implikasi Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan Kurikulum
Aliran-aliran dalam pemikiran filsafat pendidikan Islam di atas tentu memiliki
implikasi terhadap pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam. Di bawah ini
akan dijelaskan sedikit mengenai implikasi tersebut mulai dari tipologi perenial-esensialis
salafi, tipologi perenial-esensialis madzhabi, tipologi modernis, tipologi
perenial-esensialis kontekstual-falsifikatif, dan tipologi rekonstruksi
sosial berlandaskan tauhid.
1. Perenial-Esensialis Salafi
Tipologi ini
menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era kenabian dan sahabat).
Pendidikan diorientasikan kepada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu
yang dilakukan oleh anak didik, menjelaskan dan menyebarkan warisan salaf melalui
inti pengetahuan yang terakumulasi dan telah berlaku sepanjang masa dan penting
untuk diketahui semua orang.
Pengembangan kurikulum
ditekankan pada doktrin agama, kitab-kitab besar, kembali kepada hal-hal yang
mendasar, serta mata pelajaran kognitif yang ada pada era salaf. Dalam
kurikulum pendidikan agama Islam bidang akidah dan ibadah khusus (shalat,
puasa, zakat, haji, nikah, dan lain-lain), atau membaca al-Quran yang
dimaksudkan untuk melestarikan dan mempertahankan, serta menyebarkan akidah dan
amaliah ubudiyah yang benar sesuai dengan yang dilakukan para salaf.
Metode pembelajaran yang dilakukan
melalui ceramah dan dialog, diskusi, dan pemberian tugas-tugas. Manajemen kelas
diarahkan pada pembentukan karakter, keteraturan, keseragaman, bersifat kaku
dan terstruktur. Evaluasi menggunakan ujian-ujian objektif terstandarisasi, dan
tes kompetensi barbasis amaliah. Guru memliki otoritas tinggi yang paham akan
kebijakan dan kebenaran masa lalu dan tentunya ahli dalam bidangnya.
2. Perenial-Esensialis Madhhabi>
Tipologi ini
menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang tradisional dan memiliki
kecenderuangan untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin serta pemahaman
pemikiran-pemikiran masa lampau yang dianggap sudah mapan. Pendidikan Islam berfungsi
melestarikan dan mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasan dan
catatan-catatan dan kurang ada keberanian untuk mengganti substansi materi
pemikiran pendahulunya. Di sini pendidikan Islam lebih dijadikan sebagai upaya
untuk mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Pendidikan berorientasi
pada upaya murid untuk menemukan dan menginternalisasi kebenaran-kebenaran
sebagai hasil interpretasi ulama pada masa klasik. Menjelaskan dan menyebarkan
warisan ajaran, nilai-nilai, dan pemikiran para pendahulu yang dianggap mapan
secara turun temurun. Pengembangan kurikulum ditekankan pada doktrin-doktrin
dan nilai agama yang tertuang dalam karya ulama tedahulu mengenai hal-hal yang
esensial serta mata pelajaran kognitif yang ada pada masa klasik. Sama seperti
aliran sebelumnya namun aliran ini hanya memberikan penjelasan atas pemikiran
pendahulunya dan dianggap menyeleweng jika tidak sesuai dengan pendapat
pendahulunya. Metode yang digunakan adalah ceramah, dialog, perdebatan dengan
tolok ukur pandangan imam madzhab, dan pemberian tugas. Manajemen dan lain
sebagainya sama dengan aliran sebelumnya.
3. Modernis
Tipologi pendidikan
Islam aliran ini bersifat bebas, modifikatif, progresif, dan dinamis dalam
menghadapi dan merespon tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya, sehingga
pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus. Pendidikan agama Islam diorientasikan pada upaya memberikan
keterampilan dan alat-alat kepada anak didik yang bisa digunakan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya yang selalu berubah demi menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi yang dilandasi dengan nilai-nilai
universal.
Pengembangan
kurikulum ditekankan pada penggalian problematika yang dihadapi oleh peserta
didik, untuk selanjutnya dilatih dan diajarkan untuk memecahkan masalah
tersebut perspektif ajaran dan nilai-nilai agama Islam. Metode yang digunakan
adalah cooverative learning, metode proyek, dan metode ilmiah. Manajemen
kelas lebih diarahkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran. Evaluasi lebih banyak menggunakan
evaluasi formatif. Peranan guru di sini sebagai fasilitator dan pengatur
pembelajaran.
4. Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Aliran ini mengambil
jalan tengah antara kebali ke masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi
serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan kependidikan Islam masa
sekarang dengan berbagai perubahan yang ada.
Tujuan pendidikan agama
Islam berorientasi pada penemuan dan internalisasi kebenaran masa lalu pada
masa klasik, menyebarkan warisan ajaran, dan nilai salaf yang dianggap mapan,
dan pemberian keterampilan kepada anak didik untuk menghadapi segala bentuk
perubahan. Untuk lebih jelas, tujuan aliran ini adalah melestarikan nilai ila>hiyyah dan insa>niyah sekaligus
menumbuhkembangkannya dalam konteks perkembangan iptek dan perubahan sosio
kultural.
Pengembangan kurikulum
ditekankan pada pelestarian doktrin-doktrin, nilai-nilai agama sebagaimana
tertuang dalam kitab terdahulu yang bersifat esensial. Di lain itu juga
ditekankan pada penggalian problematika yang ada di masyarakat dan
dialami oleh anak didik, kemudian dilatih untuk menyelesaikannya sesuai dengan
nilai universal.
Metode yang digunakan
dalam hal-hal yang bersifat doktrin adalah ceramah dan dialog, diskusi atau
perdebatan, dan pemberian tugas. Manajemen kelas lebih kepada pembentukan
karakter, keteraturan, keseragaman, sesuai tatanan, dan teratur dalam
menjalankan tugas. Evaluasi bersifat objektif dan terstandarisasi, atau tes
essay, tes diagnostik, dan tes kompetensi berbasis amaliah. Guru berperan
sebagai figur yang memiliki otoritas tinggi dan ahli dalam bidangnya.
5. Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Model ini cocok untuk
diterapkan pada masyarakat yang berkeinginan dan potensial untuk maju, dan pada
masyarakat yang warganya bersifat individualis. Menurut tipologi ini,
pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran
peserta didik akan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia, yang
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemeluk agama Islam untuk memecahkan
masalah da’wah bi al-ha>l, baik yang terkait
dengan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya, serta mengajarkan
keterampilan untuk memecahkan semua problem tersebut agar dapat berpartisipasi
dalam melakukan perbaikan dan amr ma’ru>f nahi> munkar, sehingga dapat
terwujud suatu tatanan masyarakat baru yang lebih baik.
Dalam
hal ini, peserta didik dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang berkembang di masyarakat untuk selanjutnya dijadikan
sebagai tema proyek kajian, melek berpikir kritis, strategi dan teknik
berhubungan dengan masyarakat, bekerja secaka kelompok, toleran, dan cara kerja
untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat menuju
tatanan yang lebih baik.
Kurikulum
memusatkan pada masalah-masalah sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat, dan
diharapkan anak didik dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui konsep dan
pengetahuan yang telah dimiliki. Manajemen dalam pembelajaran ini tidak terlalu terikat
pada kelas, tetapi lebih banyak di luar kelas, tidak membedakan jenis kelamin
dan ras, serta membangun masyarakat. Interaksi guru dan murid lebih bersifat
dinamis, kritis, progresif, terbuka, bahkan bersikap proaktif, dan antisipatif,
tetapi juga mengembangkan nilai-nilai kooperatif fan kolaboratif, toleran,
serta komitmen pada hak dan kewajiban asasi manusia. Evaluasi pembelajaran
pendidikan agama Islam menekankan pada evaluasi formatif, dengan asumsi bahwa
setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang lebih maju,
serta memiliki kemampuan untuk membangun masyarakat yang lebih baik dengan
memerankan ilmu dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Bagan Aliran- Aliran Dalam Filsafat Pendidikan
Islam.
A. Daftar
Pustaka
Djumransjah, M. Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia
Publishing,
2006
Gandhi,
Teguh Wangsa. Madzhab-Madzhab Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013
Haris,
Abdul dan Kivah Aha Putra. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2012
Maksum
Ali. Pengantar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Maunah, Binti. Landasan Pendidikan. Yogyakarta: TERAS,
2009
Muhaimin. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam Jakarta; PT Grafindo Persada,
2005
Muhmidayeli. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama,
2011
Syar’i, Ahmad. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2005
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.