Proses Pemerolehan Bahasa Kedua atau Bahasa Asing
Pemerolehan Bahasa Kedua tidak sama dengan Pembelajaran
Bahasa Kedua. Pemerolehan bahasa kedua atau dalam Bahasa Inggris lebih dikenal
dengan istilah Second Language Acquisition[1]. Kata
“acquisition” lebih diartikan sebagai penguasaan bahasa dengan alamiah. Dalam pemerolehan
bahasa kedua diharapkan adanya penguasaan bahasa kedua seperti ketika kita
masih kanak-kanak yang mengadaptasi bahasa ibu (native language). Pemerolehan
bahasa menuntut interaksi dalam bahasa sasaran (target language) bukan dalam
bentuk ucapan-ucapan tapi lebih kepada pesan yang mereka sampaikan dan mereka pahami[2]. Jadi dalam pemerolehan
bahasa kedua lebih mudah dipahami sebagai bahasa yang kita pelajari secara
tidak sadar.
Kata “pembelajaran” lebih dijelaskan sebagai situasi belajar
melalui aktifitas yang kita lakukan dengan sadar untuk mempelajari bahasa lain.
Misalnya pembelajaran yang dilakukan di sekolah atau dirumah untuk mengetahui
tentang suatu bahasa[3]. Hal ini
dilakukan dengan penuh kesadaran agar dengan aktifitas belajar siswa bisa
memahami materi kebahasaan. Tetapi banyak siswa mengalami kesulitan karena dia
lebih disibukkan dengan mempelajari struktur sebuah kata dan artinya.
Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Stren menyamakan istilah bahasa kedua
dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan
istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang
berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang
berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa
kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa
kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan[4].
pada
umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya
masing-masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah
dan ketika ia sudah menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan
bahasa pertama, proses pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Bila dilihat dari
proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang dijelaskan oleh
hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa yaitu:
a. Cara pertama dalam pengembangan
bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang merupakan proses yang bersamaan
dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka.
Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang diperoleh bawah sadar.
Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar
informal dan belajar alamiah.
b. Cara kedua dalam pengembangan bahasa
kedua adalah dengan belajar bahasa, yang mengacu pada pengetahuan yang sadar
terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan
mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang oleh umum dikenal dengan tata
bahasa[5].
Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan
bahwa anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat
mempelajarinya. Akan tetapi hipotesis pemerolehan-belajar menuntut orang-orang
dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada
masa puber. Krashen
dan Terrel menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal:
1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan
pemerolehan bahasa pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa
adalah pengetahuan secara formal.
2.
Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan
pembelajaran adalah proses sadar dan disengaja.
3.
Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar
seperti memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar
bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
4.
Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit
sedangkan dalam pembelajaran pengetahuan didapat secara eksplisit
5.
Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu
kemampuan anak sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu
menolong sekali.
[1] Soejono Dardjowidjojo, Psikolinguistik
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), hal.225
[2] H.G Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa,
(Bandung: Angkasa, 1988), hal. 126
[3] Soejono Dardjowidjojo, Op.Cit,
hal.225
[5] Ibid,.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.