3 Aspek Sintaksis dalam Kajian Bahasa
Sumber: https://metamorfosa201.blogspot.com |
Menurut Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu
sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Jadi secara
etimologi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata, menjadi
kelompok kata atau kalimat. Menurut para ahli, sintaksis adalah telaah mengenai
pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggambungkan kata menjadi
kalimat.[1]
Adapaun menurut M. Asfandi Adul sintaksis merupakan bagain dari ilmu bahaasa
yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frase.[2]
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat.[3]
Sebagai misal saja, di dalam bahasa Indonesia kalimat kami tidak dapat
melihat pohon itu, urutan pohon itu dapat kami tidak melihat. Pada
kalimat perubahan tersebut jelas terdapat kekacuaan dalam pengucapan maupun
dalam susunan kalimat itu sendiri.
Dalam kajian
bahasa, sintaksis memiliki 3 aspek dalam kajian bahasa yakni:
1.
Frase
Frase
adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak melampui batas subjek dan batas predikat. Frase
terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan dan dalam
pembentukan ini tidak terdapat ciri-ciri klausa dan juga tidak melampui batas
subjek dan batas predikat.[4]
Frase
dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frase dengan perluasannya
tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi
semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa. Misalnya:
Karya sastra indah (frase), karya sastra itu indah (klausa).
Frase
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a.
Frase Eksosentris
Frase
eksosentris adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya[5],
contoh: sejumlah orang di gardu.
Menurut
Imam frase ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, frase eksosentris
yang direktif, komponen pertamanya dari frase ini berupa preposisi seperti “di,
ke, dan dari” dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang
biasanya berkategori nomina, diantara contohnya : di rumah, dari pohon mahoni,
demi kesejahteraan. Kedua, frase eksosentris yang nondirektif, komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan
“kaum”, sedangkan komponen keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva
atau verba. Contoh: si kaya, para remaja kampung.[6]
Adapun menurut Diana Nababan, frase eksosentris dapat
dibedakan menjadi: pertama, frase verbal yang bnerarti kata kerja,
misalnya: menangis keras, sedang melamun. Kedua, frase adjektiva yang
berarti kata sifat, misalnya: amat lembut, kasar sekali. Ketiga, frase
nominal yang berarti kata benda, misalnya: lapangan besar, rumah besar. Keempat,
frase pronominal yang berarti kata ganti, misalnya: kalian semua, aku, engkau
dan dia. Kelima, frase adverbial yang berarti kata keterangan, misalnya:
lebih kurang. Keenam, frase numerial yang berarti kata bilangan,
misalnya: tujuh dan delapan. Ketujuh, frase interogativa yang berarti
kata tanya, misalnya: apa, dan siapa.[7]
b.
Frase Endosentris
Frasa
endosentris adalah frasa yang unsur-unsur pembentuknya dapat menggantikan
kedudukan frasa itu secara keseluruhan. Contoh : Mereka menempati rumah baru.
(dari contoh tersebut, kata rumah baru dapat diganti oleh komponen pertamanya
yaitu rumah, sehingga menjadi kalimat “mereka menempati rumah”).
Jenis
frasa endosentris:
1. Frasa Endosentris
Koordinatif
Masing-masing
unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang
lain. Sifat kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau. Contoh : Anak itu sudah tidak mempunyai ibu bapak. (ibu
dan bapak)
2.
Frasa Endosentris Apositif
Frasa yang
berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling menggantikan. Contoh : Aminah, Anak Pak Lurah sangat
cantik. (Frasa anak Pak Lurah adalah unsur keterangan tambahan untuk
menerangkan aminah, dalam contoh itu juga dapat diganti menjadi Anak Pak Lurah,
Aminah, sangat cantik).
3.
Frasa Endosentris Atributif
Frasa yang
salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara keseluruhan. Frasa ini
memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D
(diterangkan) dan unsur atribut ditandai dengan M (menerangkan). Contoh:
Rumahnya sangat besar
M
D
(Kata sangat
adalah atribut atau penjelas untuk kata besar).
c.
Frasa Ambigu
Frasa ambigu
adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas. Contoh : Lukisan
Ayah dipajang di ruang tamu. Pada contoh tersebut, frasa lukisan ayah
mempunyai makna: lukisan milik Ayah, atau lukisan mengenai diri Ayah, atau
lukisan buatan Ayah
d.
Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang mempunyai makna
sampingan atau bukan makna sebenarnya. Contoh
: orang tua itu sudah banyak makan garam kehidupan.
2.
Klausa
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya,
di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi
sebagai predikat, dan yang lain sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai
keterangan. Misalnya, nenek mandi (kata nenek dan mandi bersifat predikatif,
nenek pengisi fungsi subjek dan mandi pengisi fungsi predikat).[8]
Ada
pembagian jenis dalam klausa, yaitu jenis Klaus yang diperbedakan berdasarkan
strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya.[9]Berdasarkan
strukturnya terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Klausa bebas
Klausa
bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subjek dan predikat, contoh: nenekku masih cantik dan kakekku gagah
berani.
b.
Klausa terikat
Klausa
terikat adalah klausa yang tidak mempunyai struktur lengkap. Unsur yang ada
dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau
juga hanya berupa keterangannya saja, contoh: ketika kami sedang belajar (dia
pingsan ketika kami sedang belajar).
Adapun
berdasarkan kategori unsure segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan
menjadi:
a.
Klausa verbal
Klausa
verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal, misalnya: nenek
mandi, kakek menari, sapi tiu berlari, nenek menulis surat (transitif), nenek
menangis (intransitif), nenek sedang berdandan (refleksif).
b.
Klausa nominal
Klausa
nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal,
misalnya: kakeknya petani di desa itu, dia dulu dosen linguistik,
dan pacarnya satpam bank swasta. (apabila contoh tersebut diberi kata adalah
atau ialah maka klausa-klausa tersebut bukanlah klausa nominal,
melainkan klausa verbal).
c.
Klausa ajektifal
Klausa
ajektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektif, baik berupa kata
maupun frase, misalnya: ibu dosen itu cantik sekali, bumi ini sangat luas,
gedung itu sudah tua sekali.
d.
Klausa adverbial
Klausa
adverbial adalah klausa yang prediketnya berupa adverbel. Misalnya, klausa bandelnya teramat sangat.
e.
Klausa preposional
Klausa
preposional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori proposisi.
Misalnya, nenek di kamar, dia dari Medan.
f.
Klausa numeral
Klausa numeral
adalah klausa yang predikatnya berupa kata numeralia. Misalnya, gajinya lima
juta sebulan (gajinya adalah lima juta sebualan).
3.
Kalimat
Kalimat
adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri
sebagai batas keseluruhannya. Jadi, kalimat adalah tuturan yang diakhiri dengan
intonasi final.[10]
Jenis
kalimat terbagi dalam berbagai jenis, diantaranya:
a.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu predikat serta
mengandung satu maksud.[11]
Contoh : Adi makan Bakso (predikatnya verbal/ kata kerja), Ayahnya seorang
pelukis (predikatnya nominal/ kata benda), Soal ini sulit sekali (predikatnya
adjektif/ kata sifat),
b.
Kalimat majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas[12]:
pertama, kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang
klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat,
misalnya: nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa. Kedua kalimat
majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Kalimat ini biasanya
dihubungkan dengan konjungsi seperti kalau, ketika, meskipun, dank arena.
Misalnya: kalau nenek pergi, kakek pun akan pergi, nenek membaca komik ketika
kakek tidak ada di rumah. Ketiga, kalimat majemuk kompleks adalah kalimat
majemuk yang terdiri dari tiga klausa atau lebih di mana ada yang dihubungkan
secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif, misalnya:
nenek membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan tidak ada pekerjaan
lain yang harus diselesaikan. (dari kalimat ini, terdapat tiga buah klausa,
yaitu nenek membaca komik, kakek tidak ada di rumah, dan tidak ada pekerjaan
lain yang harus diselesaikan).
c.
Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain. Contoh : Ibu berkata
“Saya tidak senang melihat rambut gondrong”.
d.
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat
tidak langsung adalah kalimat yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh: Ibu mengatakan bahwa Ia tidak
senang melihat rambut gondrong.
e.
Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif
adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-. Contoh :
Ibu sedang membuat martabak telur.
f.
Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Ciri-ciri kalimat pasif
adalah sebagai berikut: pertama, predikatnya berisi kata kerja berawalan
di-, ter-, dan kofiks ke-an. Contoh : Ina kehujanan tadi malam. Kedua, bentuk
diri atau persona ku-, kau-. Contoh : Coba kau lihat bunga ini.
g.
Kalimat Mayor
Kalimat
mayor adalah kalimat sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur pusat, dapat
berupa S-P, S-P-O atau S-P-O-K. Contoh : Saya mengantuk. Presiden berkunjung ke
Australia. Saya meminjam novel dari perpustakaan.
h.
Kalimat Minor
Kalimat
Minor adalah kalimat yang mengandung satu unsure pusat. Unsur pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh : Pergi!Tidur! Minggu depan.[13]
[1] H. G.
Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Angkasa, 1984), hal.5
[2] M. Asfandi
Adul, Morfologi dan Sintaksis Bahasa Bulungan, (Jakarta: Pembinaan dan
bimbingan bahasa, 1990), hal.41
[3] J.W.M.
Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2004), hal.11.
[4] M. Asfandi
Adul, Op.Cit, hal.41
[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.225
[6] Zainal
Arifin dan Junaiyah, Sintaksis, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal.1
[7] Diana Nababan, Intisari
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2008), hal.84
[8] Abdul Chaer, Op.Cit,
hal.231-232
[9] Ibid, hal. 235
[10] Kailani Hasan, Morfologi dan
Sintaksis Bahasa Melayu Riau, (Jakarta: Pusat, 1983), hal.23
[11] Abdul Chaer, Op.Cit, hal. 243
[12] Ibid, hal.243-246
[13] Ibid, hal.247-248
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.