3 Hal Yang Menjeadikan Seseorang Berkata Tabu
Sumber: www.inovasee.com |
Menurut Matthews kata tabu adalah kata-kata yang diketahui oleh penutur, tetapi
dihindari dalam sebagian atau semua bentuk atau konteks dalam sebuah tuturan
karena alasan agama, kepantasan, kesantunan, dan sebagainya.
Adapun secara umum kaat tabu adalah kata-kata yang
diketahui, tetapi dalam konteks tertentu dihindari dalam ranah publik karena
alasan agama, kepantasan, kesantunan, dan sebagainya. Mengganti kata yang
seharusnya dengan kata-kata dan beberapa kelompok kata yang memiliki kemiripan
makna. Penggantian itu bertujuan untuk menghaluskan makna. Penghalusan makna
ini sering disebut dengan istilah eufemisme. Menurut Richards, dan Platt,
eufemisme adalah penggunaan kata yang dirasakan jadi kurang menyerang
atau lebih menyenangkan daripada kata lain.[1]
Dengan kata
lain, kata
tabu merupakan kata yang mempunyai konotasi negative
yang diketahui dalam kelompok bangsa tertentu tetapi tak patut diucapkan
dikalangan umum dan kata tersebut diganti dengan kata lain yang semakna
dengannya tapi lebih halus untuk di dengar.
Berdasarkan
motivasi psikologis, kata-kata tabu muncul minimal karena tiga hal, yakni
adanya sesuatu yang menakutkan (taboo of fear), sesuatu yang membuat
perasaan tidak enak (taboo of delicacy), dan sesuatu yang tidak santun
dan tidak pantas (taboo of propriety).
1.
Taboo of Fear (الخوف و الفزع )
Segala sesuatu yang mendatangkan
kekuatan yang menakutkan dan dipercaya dapat membahayakan kehidupan termasuk dalam
kategori tabu jenis ini. Demikian juga halnya dengan pengungkapan secara
langsung nama-nama Tuhan dan makhluk halus tergolong taboo of fear.
Sebagai contoh orang Yahudi dilarang menyebut nama Tuhan mereka secara
langsung. Untuk itu mereka menggunakan kata lain yang sejajar maknanya dengan
kata ‘master‘ dalam bahasa Inggris. Di Inggris dan Prancis secara
berturut-turut digunakan kata the Lord dan Seigneur sebagai
pengganti kata Tuhan. Nama-nama setan dalam bahasa Prancis pun telah diganti
dengan eufemismenya, termasuk juga ungkapan l’Autre ‘the other one’.Di
Indonesia, masyarakat Pantai Selatan pulau Jawa memandang tabu terhadap siapa
saja yang melancong atau berekreasi di pantai tersebut dengan mengenakan
pakaian yang berwarna merah. Pertabuan ini disebabkan karena mereka percaya
bahwa makhluk ghaib Penguasa Laut Selatan yakni Nyi Roro Kidul, yang dikenal
dengan Ratu Pantai Selatan tidak suka/marah dengan pengunjung yang mengenakan
baju merah dan tentunya dipercaya akan ada dampak buruk yang akan diterima oleh
si pelanggarnya. Contoh kasus semacam ini tentu banyak dijumpai khususnya di
Indonesia sebagai negara yang multi etnik, agama, adat-istiadat dan kebudayaan.
2.
Taboo of
Delicacy (التلطف والتأدب )
Usaha manusia untuk menghindari
penunjukan langsung kepada hal-hal yang tidak mengenakkan, seperti berbagai
jenis penyakit dan kematian tergolong pada jenis tabu yang kedua ini. Nama-nama
penyakit tertentu secara etimologis sebenarnya merupakan bentuk eufemisme yang
kemudian kehilangan nuansa eufemistisnya dan saat ini berhubungan erat dengan
kata-kata yang ditabukan. Pengungkapan jenis penyakit yang
mendatangkan malu dan aib seseorang tentunya akan tidak mengenakkan untuk
didengar, seperti ayan, kudis, borok, kanker.
Olehnya itu sebaiknya nama-nama penyakit itu diganti dengan bentuk eufemistik
seperti epilepsi, scabies, abses dan CA
untuk mengganti kata kanker. Beberapa nama penyakit yang merupakan
cacat bawaan seperti buta, tuli, bisu, dan gila
secara berturut-turut dapat diganti dengan kata tunanetra, tunarungu,
tunawicara, dan tunagrahita. Mereka yang menderita cacat
tersebut akan tidak mengenakkan atau tidak santun bila dikatakan para penderita
cacat, tetapi hendaknya diganti dengan para penyandang cacat.
3.
Taboo of Propriety (الخجل و الإحتشام )
Tabu jenis ini berkaitan dengan
bagian-bagian tubuh tertentu dan fungsinya, serta beberapa kata makian yang semuanya
tidak pantas atau tidak santun untuk diungkapkan. Dalam bahasa Indonesia, kata pelacur
misalnya, kata seperti ini kurang nyaman didengar telinga. Maka dari itu kata pelacur
bisa dieufemismekan menjadi kata tuna wisma. Dimana kata tunawisma
lebih santun dari kata pelacur.[2]
Berikut ini
adalah contoh kata-kata yang mengalami perubahan ke kata yang lebih sopan. Dalam
Bahasa Arab
Seperti :
حبلى menjadi
حامل
بيت الخلاء
menjadi الحمام
عجوز menjadi متقد في السن
الجماع menjadi المباشرة
المرحاض menjadi دورة مياه
[1] Freada, http://tangisanmalam-frieda.blogspot.com/2011/05/kata-kata-tabu-n-idiom.html (diakses pada tanggal 17 Mei 2014)
[2] Freada, http://tangisanmalam-frieda.blogspot.com/2011/05/kata-kata-tabu-n-idiom.html (diakses pada tanggal 17 Mei 2014)
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.