4 Pilar Neuro Linguistic Programming NLP dalam Kajian Bahasa
Neuro
linguistic programming yang sering kali disebut dengan NLP telah menjadi sebuah
teknologi pikiran yang paling populer dan digunakan oleh banyak pihak didunia.
Beberapa praktisi seperti trainer, artis, motivator, terapis,pebisnis,
psikolog, olahragawan bahkan politisi menggunakan NLP.
NLP disebutkan sebagai buku petunjuk penggunaan otak (The Manual of
Brain). Karena NLP memang mempelajari bagaimana otak bekerja. NLP berasal dari
tiga kata yang masing-masing mempunyai makna tersendiri. Secara literasi, kata neuro
berarti saraf, artinya NLP mempelajari bagaimana otak atau pikiran bekerja.
Mempelajari semua hal mengenai proses pengolahan informasi, mulai dari
penerimaan sampai pengambilan keputusan, sehingga sangat bermanfaat dalam
kehidupan mental seseorang. Sementara linguistic artinya adalah
bahasa, bagaimana seseorang menggunakan bahasa (perkataan dan kalimat dalam
ucapan) sehingga mampu membentuk suatu makna dan berpengaruh pada kehidupan
untuk menjadi lebih baik. Programming atau pemrograman, artinya NLP
mempelajari mengenai urutan proses mental yang berpenngaruh atas prilaku dalam
mencapai tujuan tertentu, dan bagaimana melakukan modifikasi atas proses mental
itu
NLP memiliki empat pilar utama. Pilar-pilar ini adalah sebuah pegangan
bagi praktisi NLP untuk mempraktekkan NLP. Jadi dalam setiap praktek NLP yang
baik dan benar akan selalu terdapat keempat pilar ini. Adapun keempat pilar
tersebut adalah:
1. Hasil
(Outcome)
Sebelum memulai suatu komunikasi, terlebih
dahulu individu perlu mengenali hasil akhir yang diinginkan. Pemahaman
sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat membantu proses pencapaian.
Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir dari komunikasi yang
dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan seluruh komunikasi ke
hasil akhir tersebut. Selain itu, pemahaman individu atas hasil akhir juga
membantu dalam mengidentifikasi efektifitas suatu komunikasi, apakah semakin
mendekatkan atau menjauhkan dari hasil yang diinginkan.
2. Rapport
Rapport merupakan inti dari komunikasi
yang efektif. Salah satu cara untuk membangun rapport adalah dengan mengikuti
(pacing) lawan bicara, contohnya dengan menyamakan bahasa tubuh, laju nafas dan
lainnya. Hal ini didasari karena setiap individu hanya menyukai individu yang
serupa.
3. Akuitas
Sensorik (Sensory Acuity)
Akuitas
Sensorik (Sensory Acuity) Akuitas sensorik adalah kemampuan menggunakan panca
indra untuk mengamati individu lain secara cermat tanpa asumsi ataupun
penilaian tertentu sebelumnya sehingga individu dapat memberikan respon dengan
rapport yang maksimal.
4.
Fleksibilitas
Fleksibilitas
(Flexibility) Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan
fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang metode komunikasi yang
digunakan tidak bekerja sesuai yang diharapkan. Sehingga, untuk tetap mencapai
hasil akhir yang diinginkan, individu perlu mengganti strategi komunikasinya.
Dengan memiliki fleksibilitas dalam berkomunikasi, kemungkinan mencapai hasil
akhir semakin besar.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.