5 Aspek Pembelajaran Ilmu Aswat Sesuai dengan Kurikulum 2013
Yang
disebut dengan metode pembelajaran adalah suatu cara atau sarana yang di
gunakan untuk menyajikan atau mentransfer pengetahuan yang memuat materi
pelajaran.[1] Di
dalam dunia pengajaran bahasa arab terdapat beberapa metode pembelajaran dari
berbagai aspek serta keterampilan.
Dalam
pembahasan ini kita akan sedikit membahas tentang metode pembelajaran ashwat.
Ilmu ashwat ( tata bunyi ) atau yang sering disebut dengan fonetik adalah
suatu kajian ilmu yang membahas tentang hal – hal yang berhubungan dengan
bunyi-bunyi bahasa.[2]
Di dalam bahasa Arab ilmu ashwat sangat erat kaitannya dengan pengucapan dan
pelafalan karena ashwat berkaitan dengan bunyi.tapi juga perlu di ketahui
bahwasannya penguasaan unsur bunyi bahasa arab tidak hanya terbatas pada
penguasaan pengucapan serta pelafalan tetapi juga menyinggung tentang masalah
stresing dan intonasinya.[3]
Karena
yang menjadi tolak ukur kita adalah pelafalan serta kefasihan maka sungguh
tidak mungkin hal itu kita dapatkan melalui tulisan. Maka dalam hal ini
ketepatan dalam pengucapan itu sangat penting karena dapat mempengaruhi makna.
Oleh karena itu perlu adanya sistem pengajaran ashwat.
Strategi
pembelajaran ashwat adalah cara yang digunakan untuk menerapkan
teori-teori dalam ilmu ashwat. Pelafalan ( ujaran ) atau pengucapan
mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya penguasaan bahasa Arab. Menurut
pendapat Badri yang di sampaikan waktu seminar internasional yang diadakan di
jakarta mengatakan bahwa mengajarkan keterampilan berbicara merupakan suatu hal
yang lebih penting daripada mengajarkan menulis, karena pada hakikatnya
berbicaralah yang mencerminkan bahasa. Karena dengan berbicaralah ketepatan
aspek pelafalan dari segi kefasihan,stresing serta intonasi di peroleh bukan
pada keterampilan menulis.[4]
Siswa
dapat menguasai gramatika dan kosa kata melalui keterampilan menyimak, serta
pengucapan yang baik. Sedangkan dalam kemampuan berbicara siswa dapat belajar
dalam ketepatan serta kefashihan dalam pengucapan atau pelafalan.
Pembelajaran
ilmu ashwat dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Ilmu
ashwat secara langsung dibentuk
sebagai satuan pelajaran dalam sekolah atau kelas. Sedangkan secara tidak
langsung adalah menerapkan lmu ashwat dalam pelajaran lain, misalnya
dalam muhadatsah ataupun istima’. Dalam hal ini siswa dituntut
untuk mampu memahami ujaran-ujaran bahasa arab khususnya dari penutur asli
selain daripada itu siswa juga di tuntut melafalkan huruf-huruf bahasa Arab
dengan sefashih-fashihnya yang sesuai baik segi stressing maupun intonasinya
ketika bermuhadatsah. Seorang guru harus memberikan contoh pelafalan yang tepat
sebelum siswanya mengucapkan apa yang diperintahkan.
Didalam
pembelajaran bahasa arab aspek ashwat terdapat strategi ataupun model
pembelajaran dengan pendekatan scientific yang berlaku pada kurikulum
2013 dengan tahap,
1. Mengamati
a. Siswa membaca/menonton/mendengarkan contoh-contoh teks
yang sedang dipelajari, langsung dan/atau rekaman dengan memperhatikan fungsi
sosial struktur teks, unsur kebahasaan, maupun format penyampaian/penulisannya.
b. Siswa menirukan /menyalin/menelaah dari contoh-contoh
secara terbimbing
2. Mempertanyakan
a. Dengan pertanyaan pengarah dari guru, siswa mempertanyakan
fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan, serta format
penulisan yang di gunakan dalam teks yang sedang dipelajari.
b. Siswa memperoleh pengetahuan tambahan tentang fungsi
sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan, serta format penulisan
yang di gunakan dalam teks yang sedang dipelajari.
3. Mengeksplorasi
a. Membaca/mendengar/menonton contoh-contoh lain dari
teks yang dipelajari baik dari buku teks, buku panduan atau sumber lain dengan
memperhatikan fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur kebahasaan,
serta format penulisan yang di gunakan dalam teks yang sedang dipelajari.
4. Mengasosiasi
a. Dalam kerja kelomok terbimbing, siswa mempelajari teks
untuk dapat menyebutkan fungsi sosial, ungkapan dan struktur teks, unsur
kebahasaan, serta format penulisan yang di gunakan dalam teks yang sedang
dipelajari.
b. Siswa memperoleh balikan (feedback) dari guru
dan teman tentang setiap yang dia sampaikan dalam kelompok
5. Mengkomunikasikan
a. Siswa membaca /
menyimak / mempresentasikan /
memperagakan / mempublikasikan / berbicara / membacakan teks-teks yang
dipelajari
b. Siswa memperoleh balikan dari giri dan teman tentang
karya yang dihasilkan/pesan yang ditangkap dan disampaikan.
c. Siswa mengungkapkan hal-hal yang sulit dan mudah
dipelajari dan strategi yang sudah dan atau akan dilakukan untuk mengatasinya.[5]
[1] M. Abdul Hamid, Metode dan Strategi
Pembelajaran Bahasa Arab, ( Malang :UIN-Maliki Press,2012), 23.
[2] Mahmud Fahmi Hijazi, Madkhal ila ‘ilmi
al-Lughah, ( Kuwait : Darust Tsaqafah,1975 ), 48
[3] Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, ( Malang: UIN-Maliki
Press, 2010),29
[4] Kamal Ibrahim Badri. Al-Awlawiyat fi Manhaj
Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah fi Madaris Indonesia ( Makalah Seminar
Internasional Pengembangan Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia 1-3 September di
Jakarta, 1996)
[5] Zaenal Muttaqin dkk, Bahasa Arab Buku Guru Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, (Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia,2014),7-8
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.