Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Menurut kurikulu tahun 1975
kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi beberapa hal
sebagai berikut:
1.
Mengatur
hubungan sekolah dengan orang tua murid
2.
Memelihara
hubungan baik dengan badan pembantu penyelenggaraan pendidikan (BP3)
3.
Memelihara
dan mengembangkan hubungan sekolah
dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta, dan oraganisasi social.
4.
Memberikan
pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui bermacam-macam
teknik komunikasi (majalah, surat kabar, mendatangkan sumber).[1]
Menurut Drs. Ngalim Purwanto
(1975) hubungan sekolah dengan mayarakat mencakup hubungan sekolah dengan
sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan
jawatan lain, dan sekolah dengan msayarakat pada umumnya. Selanjutnya diuraikan
bahwa hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat
pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan
perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini dapat diperinci
sebagai berikut:
1.
Hubungan
edukatif
Hubungan edukasi adalah
hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara guru di sekolah dan orang
tua di dalam keluarga. Hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan
prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-raguan
pendirian dan sikap pada diri anak.
2.
Hubungan
cultural
Hubungan cultural adalah
usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling
membina dan mengembangkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan
masyarakat tempat sekolah itu berada.
3.
Hubungan
institusional
Hubungan institusional
adalah hubungan kerja sama antara sekolah-sekolah dengan lembaga-lembaga atau
instansi-instansi lainnya baik swasta maupun
pemerintah. Misalnya hubungan sekolah dengan puskesmas, pemerintah
setempat, pertanian, pasar, dan sebagainya, yang kesemuanya itu dilakukan dalam
rangka perbaikan dan kemajuan
pendidikan. Dengan demikian siswa tidak lagi asing dengan lingkungan tempat
tinggalnya yang penuh dengan berbagai ragam jenis profesi.[2]
Tinjauan yang lain (Drs.
Ismed Syarief. 1976) menekankan bahwa sekolah itu mesti berada masyarakat.
Karena itu sekolah mau tidak mau harus berhubungan dengan masyarakat. Hubungan
keluar ini dapat ditinjau dari beberapa yakni:
1.
Hubungan
dinas
2.
Hubungan
dan kerja sama dengan pihak lain di luar ketentuan atasan.
3.
Hubungan
dengan BP 3.
4.
Kerja
sama dengan sekolah-sekolah lain.
5.
Hubungan
dengan organisasi guru, yakni organisasi professional yang ada iaah Persatuan
Guru Repubik Indonesia (PGRI).[3]
[1] Ibid, hal.160
[2] Supriono S, Manajemen
Berbasis Sekolah, (Mojokerto: SIC,2001), hal.15
[3] Suryosubroto, Op.Cit,
hal.161
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.