Cara dan Tahapan dalam Menentukan Rumusan Masalah Pada Penelitian, Skripsi, dan PTK
www.azid45.web.id - Cara dan Tahapan dalam Menentukan Rumusan Masalah Pada Penelitian, Skripsi, dan PTK. Masalah penelitian tentunya harus dirumuskan sehingga timbul istilah rumusan masalah. Rumusan masalah adalah suatu rumusan pertanyaan tentang suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.. rumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, yaitu a) rumusan masalah deskritif, apabila tidak dihubungkan antarfenomena, dan b) rumusan masalah deksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.[1]
Rumusan masalah mempunyai fungsi, yaitu:
- Mendorong adanya suatu kegiatan penelitian atau pentingnya kegiatan penelitian.
- Sebagai titik tolak, acuan atau focus dari suatu penelitian.
- Menentukan jenis data yang perlu dikumpulkan oleh peneliti.
Mempermudah peneliti dalam menentukan populasi dan sampel penelitian.[2]
Perumusan masalah dalam PTK merupakan upaya untuk mengungkapkan berbagai hal berkaitan dengan masalah yang akan dijawab atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. Perumusan masalah harus jelas, padat, dan tidak bertele-tele serta berrisi implikasi yang menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah. Dalam perumusan masalah, hendaknya peneliti menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, bersifat lokal atau terlalu argumentatif.[3]
Contoh perumusan masalah PTK:
- Apakah penerapan pendekatan partsipatif dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa inggris siswa kelas VIII SMP Negeri penyawagan Bandung?.
- Apakah pendekatan kontekstual learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelaaran Biologi di kelas XI SMA Negeri Panyawangan Bandung?.
- Apakah metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan bertanya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri Panyawangan Bandung?.
Pada umumnya setiap pertanyaan yang ingin ditemukan jawabannya dapat dikembangkan menjadi rumusan masalah. Namun, tidak semua pertanyaan tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu rumusan masalah. Hal ini sangat tergantung dengan metodelogi dan metode untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Kadang kala ada pertanyaan yang untuk menemukan jawabannya diperlukan metode dan prosedur yang sangat rumit sehingga tidak memungkinkan untuk tidak dilakukan penyelidikan atasnya. Selain itu juga kadang kala menemukan bahan atau material yang diperlukan ntuk menemukan jawaban tersebut juga sulit, sehingga menghambat utnuk dilakukan penyelidikan. Pada kasus seperti ini tentu saja pertanyaan tersebut sebaiknya tidak perlu dikembangkan menjadi suatu rumusan masalah. Jadi sebernarnya pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi untuk dapat dijadikan penelitian sangat mudah ditemui di sekeliling kehidupan manusia, namun untuk menjadikannya sebagai rumusan yang bermanfaat dalam penyelidikan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.[4]
Rumusan permasalahan yang baik, harus dapat mencakup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel satu dengan variabel yang lain yang hendak diteliti. Mengenai bentuk pernyataan permasalahan yang dirumuskan, ada bebrapa macam pendapat penting yang dapat dilihat seperti berikut:
- Rumusan masalah penelitia harus jelas dan tidak menduakan arti, sebagai contoh “the problem to be investigated in the study is the effect of positive reinforcement on the quality of English compotsitions. (masalah ini diselidiki dalam studi mengenai dampak penguatan ositif atas kualitas komposisi bahasa Inggris)”
- Permasalahan peneliti sebaiknya dinyatakan dalam pertanyaan-pertanyaan, sebagai contohnya “apa akibat dari perbedaan jenis penghargaan atas prestasi?”.[5]
- Perumusan masalah penelitian dapat bervariasi, tergantung pada kesenangan peneliti.
- Perlu adanya kehati-hatian, jeli, dalam mengevaluasi rumusan masalah penelitian.
- Permasalahan haruslah secara tepat dinyatakan agar memungkinkan peneliti untuk memilih fakta yang diperlukan dalam penyelesaian masalah penelitian.
- Permasalahan itu mesti dapat dijawab dengan jelas berapapun jumlah jawaban yang diberikan harus memenuhi persyaratan.
- Setiap jawaban dari permasalahan penelitian harus dapat diuji dan dibuktikan oleh orang lain.[6]
Wechsler mengemukakan prosedur sistematik yang dapat dijadikan pedoman dalam merumuskan masalah sebagai berikut:
Tahap pertama, masalah yang dirumuskan harus masalah yang sesuai dengan kebutuhan. Jika suatu dirumuskan menjadi masalah dan dilakukan penelitian, hasil penelitian yang berupa solusi untuk masalah tersebut dapat memenuhi suatu kebutuhan, terutama kebutuhan kelompok tertentu, misalnya masalah kegagalan panen di kabupaten Mojokerto akibat musim kemarau yang panjang. Setelah dilakukan penelitian, ternyata di Mojokerto dapat ditanam padi huma, sehingga petani mendapatkan solusi dengan beralih menanam padi disaat musim kemarau tiba.
Tahap kedua, setelah merumuskan masalah yang dapat menemuhi kebutuhan, jika masalah tersebut terlalu luas, lakukan penyempitan atau penspesifikan masalah. Biasanya penspesifikan masalah disesuaikan dengan dana dan waktu penelitian yang tersedia, misalnya jika masalah kegagalan panen di Mojokerto itu menimpa pada semua palawija, penelitian dapat dipersempit pada salah satu jenis palawija.
Tahap ketiga, masalah yang sudah dipersempit diperiksa kembali lebih teliti dalam hubungannya dengan pengetahuan dan penelitian yang pernah dilakukan, termasuk variabel-variabel yang akan diteliti. Jika belum pernah dilakukan penelitian dan belum ditemukan variabel, harus dilakukan penelitian eksploratorik (study pendahuluan) terlebih dahulu untuk mempertajam rumusan variabel.[7]
Perumusan masalah dalam penelitian adalah bagian yang paling menentukan dalam pelaksanaan penelitian dan jga akan menentukan kualitas hasil penelitian itu sendiri. Ada beberapa langkah dalam merumuskan masalah penelitian. Jika seseorang belum mengetahui idea tau topic penelitian yang spesifik, maka sebaiknya mengikuti langkah berikut ini:
Mengidentifikasi subyek area luas yang menarik
Sebelum memulai merumuskan suatu masalah seorang peneliti sebaiknya selalu menanyakan pada dirinya sendiri apa yang benar-benar menarik bagi dirinya secara propesional.
Membagi subyek area luas menadi sub area
Jika seseorang telah menetapkan subyek aea tersebut, yang seringkali mempunyai banyak aspek, maka seorang peneliti harus membaginya menjadi beberapa sub area terlebih dahulu. Hal ini penting supaya peneliti dapat lebih memfokuskan permasalahan yang hendak diteliti dan tidak terjebak dalam penelitian yang terlalu luas yang bisa memakan banyak biaya dan waktu serta hasil yang tidak optimal.
Memilih sub area yang paling menarik
Jika peneliti telah membagi subyek area menjadi beberapa sub area, maka yang paling penting adalah memilih salah satu atau beberapa sub area yang paling menarik untuk dirumuskan menjadi suatu masalah penelitian. Sangat tidak baik dianjurkan pada peneliti utnuk memilih semua aspek atau sub area sebagai rumusan masalah, sebab tentu saja hal ini menjadi tidak berguna mambagi subyek area yang luas menjadi beberapa sub area.
Mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian
Pada tahapan ini, seorang peneliti sebaiknya bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang seberanya hendak dicari pemecahan atau jawaban dari beberapa sub area tersebut. Dari satu atau beberapa sub area yang telah dipilih, seseorang dapat mengungkapkan beberapa pertanyaaan yang ingin ditemukan jawabannya.
Merumuskan suatu tujuan (objektif)
Seorang peneliti harus mempunyai tujuan atau obyektif yang jelas dan nyata dari proses penelitian yang hendak dilakukan. Obyektif ditumbuhkan dari pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan dalam rumusan masalah. Pertanyaan yang obyektif biasanya dapat menjadikan tujuan yang ingin dicapai.
Menilai obyektif
Langkah selanjutnya, seorang peneliti harus menguji obyektif atau tujuannya guna memastikan bahwa obyektif tersebut dapat dicapai melalui metode dan prosedur penelitian.
Periksa ulang (s what? Test)
Setelah langkah dilalui, maka sebaiknya peneliti kembala ke tahap awal untuk memeriksa ualang dan mempertimbangkan lagi rumusan masalah yang telah disusun.[8]
Rumusan masalah merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian. Rumusan masalah berperan seperti halnya pondasi sebuah bangunan. Jenis, model, dan desain bangunan sangat bergantung pada model pondasi bangunan tersebut. Jika pondasi bangunan sangat kuat dan didesai sangat baik, maka seseorang dapat berharap bahwa bangunan tersebut juga sangat kuat. Rumusan masalah penelitian berperan sebagai pondasi suatu penelitian itu sendiri, jik maslah penelitian dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti dpat berharap bahawa studi atau penelitian yang dilakukan juga akan berlangsung dengan baik.[9]
[1] Zainal Arifin, Op.Cit, hal.180
[2] Ibid,
[3] Emulyasa, Op.Cit, hal.62
[4] Restu Kartiko Widi, Asas Metodelogi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal.140
[5] Sukardi, Metodelogi penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.29
[6] M. Djunaidi Ghony, Op.Cit, hal.53
[7] Mahi M. Hikmat, Op.Cit, hal.24
[8] Restu Kartiko Widi, Op.Cit, hal.148-152
[9] Kerlinger, Foundations Of Behavioral Research, (New York: Renehart and Winston, 1986), hal.57
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.