Cerita 3 Sahabat Nabi Muhammad SAW Membela Bendera Bertuliskan Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah
www.azid45.web.id - Cerita 3 Sahabat Nabi Muhammad SAW Membela Bendera Tauhid. Sebelum saya bercerita tentang 3 sahabat tersebut, perlu kiranya kita ketahui bahwa sepanjang hidup Rasulullah SAW beliau pernah menjadikan bendera bertuliskan kalimat tahuid sebagai simbol perjuangan Islam pada masa itu. Dimana bendera tersebut dalam sejarah, terdapat dua model, yaitu berpolos hitam (al-Rayah) dan berpolos putih (al-Liwa). Sebagaimana yang ditulis dalam wikipedia.org bahwa al-Rayah merupakan bendera resmi negara Islam pada masa Rasulullah SAW dengan ukuran besar dan al-Liwa merupakan bendera simbol sebagai panji perang pada masa Rasulullah SAW dengan ukuran lebih kecil dari al-Rayah yang berfungsi untuk menunjukkan posisi pemimpin pasukan, sedang bendera dibawa oleh pasukan perang (lihat Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari, 2001, vol.6, hlm. 147).
Dalam sejarah Islam, pernah ada 3 sahabat yang membela mati-matian demi terus tegaknya bendera al-rayah, bendera sebagai simbol disaat perang. Nama dari ketiga sahabat tersebut adalah Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Mereka semua merupakan musyahid dalam perang muktah. Sebagaimana artikel dari Fajrul Islami yang dishare dalam group WA menjelaskan, bahwa perang tersebut dilatarbelakangi karena terbunuhnya diplomat Islam, Harits bin Umair al-Azdi pada bulan Jumadil Ula tahun 8 H.
Suasana damai setelah perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6 H betul-betul dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam kel luar Madinah dengan berdiplomasi dan mengajak beberapa raja dan kepala suku diluar Madinah untuk memeluk agama Islam. Harits bin Umar al-Azdi merupakan salah satu sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW sebagai diplomat negara. Ia mendapat tugas mengirimkan surat kepada pemimpin Bashrah, daerah saat itu berada dibawah kekuasaan imperium Ramawi. Namun, ketika sampai di daerah Muktah dia dibunuh oleh Suyhrabil bin Amir al-Ghassani (pemimpin al-Balqa). Alhasil peristiwa tersebut direspon Rasulullah SAW dengan menyiapkan pasukan perang dengan jumlah kurang lebih 3000 pasukan yang berbanding 70 pasukan perang al-Balqa yaitu kurang lebih 200.000 pasukan. Namun kenyataan tersebut tidaklah membuat gentar para sahabat, keimanan kepada Allah dan Rasulullah menjeadikan perbedaan itu tidak ada aritnya bagi mereka.
Peperangan tersebut terjadi di daerah Muktah, oleh karenanya peperangan ini dalam sejarahnya disebut sebagai perang Muktah. Peperangan ini pun merupakan peperangan istimewa dalam sejarah karena dalam peperangan ini Rasulullah menunjuk langsung kepada 3 sahabat menjadi panglima perang yaitu Zaid, Ja'far dan Abdullah. Menjadi panglima tidaklah mudah, sebab harus berkorban untuk menjaga bendera al-Rayah sebagai simbol kehormatan Islam di medan perang. Sebelum berperang, Rasulullah SAW sempat bersabda didepan pasukannya "apila Zaid bin Haritsah gugur maka penggantinya adalah Ja'far bin Abi Thalib, apabila Ja'far gugur maka penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah, apabila Abdullah gugur maka tentukan pemimpin terbaik di antara kalian. Sabda Rasulullah SAW tersebut termaktub dalam hadits Imam Ahmad, dan Imam Bukhari dalam kitabnya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَيْشاً اسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ وَقَالَ « فَإِنْ قُتِلَ زَيْدٌ أَوِ اسْتُشْهِدَ فَأَمِيرُكُمْ جَعْفَرٌ فَإِنْ قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ فَأَمِيرُكُمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ ». فَلَقُوا الْعَدُوَّ فَأَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ جَعْفَرٌ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَهَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَتَى خَبَرُهُمُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَخَرَجَ إِلَى النَّاسِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ « إِنَّ إِخْوَانَكُمْ لَقُوا الْعَدُوَّ وَإِنَّ زَيْداً أَخَذَ الرَّايَةَ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ بَعْدَهُ جَعْفَرُ بْنُ أَبِى طَالِبٍ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ (رواه أحمد والطبراني ورجالهما رجال الصحيح. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - ج 6 / ص 151)
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far, ia berkata: Rasulullah mengutus pasukan (dalam perang Mu’tah) dan menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai panglima. Nabi bersabda: Jika Zaid terbunuh atau mati syahid, maka pimpinan kalian adalah Ja’far. Jika Ja’far terbunuh atau mati syahid maka pemimpin kalian adalah Abdullah bin Rawahah”. Lalu umat Islam berjumpa dengan musuh, Zaid mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian Ja’far mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, lalu Abdullah bin Rawahah mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian Khalid bin Walid mengambilnya dan Allah memberi kemenangan. Berita ini sampai kepada Nabi, lalu beliau menemui para sahabat dan berkhutbah: Sungguh saudara-saudara kalian berjumpa dengan musuh, Zaid mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian Ja’far mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, lalu Abdullah bin Rawahah mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian salah satu pedang Allah, Khalid bin Walid mengambilnya dan Allah memberi kemenangan.” (HR Ahmad dan al-Thabrani, perawinya adalah perawi hadis sahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari).
Dalam cerita sejarah Islam, dalam sebuah pertempuran pada perang Muktah, bendera pasukan Islam dibawa oleh Zaid sebagai pemimpin pasukan, namun tombak musuh mengenai Zaid, akhirnya ia pun gugur sebagai syahid. Akhirnya komandan dan bendera pindah kepada Ja'far, namun musuh berhasil memukul kaki kuda yang ditunggangi Ja'far serta berhasil menebas tangan kanan Ja'far, akhirnya bendera perang dipegang dengan tangan kiri, dan tangan kirinya pun tertebas, bendera pun didekap dengan lengannya -dalam cerita lain bendera didekap didadanya- dan pada akhirnya musuh berhasil mengakhiri hidup Ja'far dengan berpuluh-puluh tusukan dan tebasan -dalam riwayat disebutkan belaiu terbunuh dengan 90 tusukan dari depan-. Setelah terbunuhnya Ja'far, akhirnya bendera diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah sebagaimana perintah Rasulullah SAW. Ia bertempur dengan penuh keberanian hingga ia pun terbunuh sebagai syahid. Dan pada akhirnya bendera diambil alih oleh Sahabat Rasulullah dengan julukan pedang Allah, Khalid bin Walid, dengan pengambilan alih bendera inilah kemudian Allah memberi kemenangan kepada kaum Muslim pada perang Muktah.
Luar biasa mereka bertiga begitu gigih mempertahankan bendera Islam berlafadkan kalimat tauhid Laa Ilaah Illallah Muhammad Rasulullah. Mereka sadar, paham, dan menghayati dalam sanubari yang paling dalam bahwa ini bukan hanya soal panji, bendera atu simbol, namun ini adalah soal menjaga izzah iman wa al-islam.
Cerita ini terinspirasi dari artikel singkat Kakanda Fajrul Islami kader militan IMM, dengan artikel ini semoga kita sadar bahwa simbol merupakan hal yang berharga, terutama kalimat tauhid yang merupakan simbol bagi umat Islam. Amin.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
contact atau 089677337414 - Terima kasih.